Minggu, 11 Januari 2009

Penciptaan Lingkungan Belajar yang Kondusif dan Peran Pendidik dalm Pendidikan

A. Pendahuluan
Mayoritas dari kita telah menghabiskan waktu (minimal 12 tahun) duduk di dalam
kelas dan mendengarkan guru, baik belajar individual maupun kelompok. Umumnya, ruang
kelas adalah tempat berinteraksinya antara guru dan murid dalam Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) yang bertujuan untuk membangun pengetahuan menjadi lebih bermakna.
Suatu kenyataan yang terjadi dalam kehidupan pembelajaran dewasa ini bahwa hasil
pembelajaran banyak dipengaruhi oleh proses pembelajaran siswa, perencanaan pembelajaran,
dan penataan lingkungan belajar maupun lingkungan sosial dalam kelas, yang selanjutnya akan
berdampak pada kualitas hasil belajar siswa. Oleh karena itu, para guru pada umumnya
mestinya dapat menyikapi dalam hal bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
dan perannya sebagai pendidik.
Menurut Milan Rianto(2007:1), tingkat keberhasilan pembelajaran amat ditentukan
oleh kondisi yang terbangun selama pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang semakin
kondusif, maka tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajarnya akan semakin tinggi dan
sebaliknya. Atau terciptanya kondisi pembelajaran yang efektif akan menjadikan proses
pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dan peserta didik berhasil dalam
mewujudkan tujuan/kompetensi yang diharapkan sebagai dampaknya. Menurut Reigeluth
(1983) dalam Milan Rianto(2007:1), hasil belajar peserta didik yang efektif, efisien dan
mempunyai daya tarik dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran.
Kendatipun demikian, pendidik perlu berupaya bagaimana menciptakan kondisi yang
kondusif, menyenangkan, menantang, sehingga materi ajar yang disajikan dapat mengintervensi
kompetensi yang diharapkan dalam diri peserta didik. Melalui serangkaian kegiatan
pembelajaran yang berlangsung dalam kondisi yang menyenangkan akan berpeluang bagi
peserta didik untuk dapat mengungkap arti dan makna yang berbeda atas interpretasinya
terhadap obyek, materi yang tersajikan. Untuk menciptakan kondisi tersebut, pendidik pada
umumnya perlu melakukan pengelolaan terhadap sarana dan prasarana kelas yang tersedia serta
mencegah dan/atau mengendalikan timbulnya perilaku peserta didik yang mengganggu
aktivitas selama proses pembelajaran.
B. Penciptaan Lingkungan Belajar yang Kondusif
1. Pengertian Menciptakan Lingkungan Belajar
Menciptakan lingkungan belajar pada hakekatnya melakukan pengelolaan terhadap
lingkungan belajar. Aktivitas guru dalam menata dan atau menciptakan lingkungan belajar
lebih terkonsentrasi pada pengelolaan lingkungan belajar di dalam kelas. Oleh karena itu,
guru dalam melakukan penciptaan lingkungan belajar di kelas tiada lain melakukan aktivitas
pengelolaan kelas atau manajemen kelas (classroom management). Menurut Milan
Rianto(2007:1), pengelolaan kelas merupakan upaya pendidik untuk menciptakan dan
mengendalikan kondisi belajar serta memulihkannya apabila terjadi gangguan dan/atau
penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
1
Optimalisasi proses pembelajaran menunjukan bahwa keterlaksanaan serangkaian kegiatan
pembelajaran (instructional activities) yang sengaja direkayasa oleh pendidik dapat
berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik sampai dapat
meraih hasil belajar sesuai harapan.
Indra Djati Sidi (2005:148–150), menegaskan dalam menata lingkungan belajar di
kelas yang menarik minat dan menunjang siswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan
keadaan lingkungan fisik kelas, pengaturan ruangan, pengelolaan siswa dan pemanfaatan
sumber belajar, pajangan kelas, dan lain sebagainya.” Oleh karena itu dapat ditegaskan lebih
lanjut bahwa secara fisik lingkungan belajar harus menarik dan mampu membangkitkan
gairah belajar serta menghadirkan suasana yang nyaman untuk belajar. Kelas belajar harus
bersih, tempat duduk di tata sedemikia rupa agar anak bisa melakukan aktivitas belajar
dengan bebas. Dinding kelas di cat berwarna sejuk, terpampang gambar-gambar atau foto
yang mendukung kegiatan belajar seperti gambar pahlawan, lambang negara, presiden dan
wakil presiden, kebersihan lingkungan, famlet narkoba, dan sebagainya.
2. Pengertian Lingkungan Belajar
Secara umum lingkungan belajar itu dapat berupa lingkungan belajar di sekolah
atau di kampus dan di lingkungan rumah. Menurut Admin di
http://www.lpmpnad.com/getfile.php?mode=journal&file=admin_1107265920&type=doc ,
bahwa Lingkungan belajar siswa yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan Kampus atau Sekolah
a. Tercipta disiplin sekolah yang mendorong terbentuknya disiplin belajar
b. Siswa menjadi pusat utama layanan pendidikan dan pengembangan.
c. Terciptanya rasa nyaman di sekolah untuk belajar. Rasa nyaman ini akan timbul jika
segenap komponen pendidikan yang ada memberi pelayanan kepada peserta didik
dengan kehangatan, keakraban, dan kekeluargaan. Di samping itu, kebersihan
lingkungan belajar juga merupakan unsur penting bagi terciptanya rasa nyaman ini.
d. Tersedia buku-buku dan sarana pembelajaran yang lain yang memadai.
e. Keteladanan guru/dosen sebagai masyarakat terpelajar.
f. Kinerja profesional guru/dosen yang terandalkan; mereka mampu memberi sugesti
kepada anak didiknya.
g. Pemberian tugas mandiri dan testruktur kepada peserta didik dan ini direspons oleh
peserta didik secara antusias.
h. Program kokurikuler dan ekstra kurikuler mengintegral dengan program kurikuler.
i. Penetapan kriteria prestasi dalam pembelajaran yang dilakukan secara objektif.
2. Lingkungan Rumah
a. Orang tua menjadi masyarakat belajar atau pembaca.
b. Orang tua menemani anaknya belajar, bukan sekedar menyuruh belajar.
c. Ada jadwal belajar bagi peserta didik di rumahnya masing-masing.
d. Orang tua memantua kegiatan belajar anaknya.
2
e. Orang tua memantau prestasi belajar anaknya
f. Tersedia ruang belajar khusus bagi anak
g. Buku dan sumber informasi lain menjadi barang konsumsi keluarga.
Dan dalam pembahasan ini lebih di khususkan pada lingkungan belajar di sekolah
atau dikampus. Salah satu aspek penting keberhasilan dalam proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru menurut Muhammad Saroni (2006:81-82), adalah ”penciptaan kondisi
pembelajaran yang efektif. Kondisi pembelajaran efektif adalah kondisi yang benar-benar
kondusif, kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung kelancaran serta kelangsungan
proses pembelajaran”. Lingkungan belajar menurut Muhammad Saroni (2006:82-84), adalah
”segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan.
Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial,
kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung,
sehingga siswa merasa krasan di sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran secara
sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.”
Lingkungan belajar di kelas sebagai situasi buatan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran atau konteks terjadinya pengalaman belajar, dapat di klasifikasikan yang
menyangkut :
1) lingkungan (keadaan) fisik, dan
2) lingkungan sosial
a. Lingkungan (keadaan) fisik
Menurut Muhammad Saroni (2006:82-83), yang intinya bahwa “Lingkungan
fisik adalah lingkungan yang memberi peluang gerak dan segala aspek yang berhubungan
dengan upaya penyegaran pikiran bagi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang
sangat membosankan. Lingkungan fisik ini meliputi sarana prasarana pembelajaran yang
di miliki sekolah seperti lampu, ventilasi, sirkulasi udara, meja, kebersihan kelas dan
tempat duduk yang sesuai untuk siswa, dan lain sebagainya.” Hal yang senada Suprayekti
(2003:18), juga menegaskan bahwa : “lingkungan fisik yaitu lingkungan yang ada di
sekitar siswa baik itu di kelas, sekolah, atau di luar sekolah yang perlu di optimalkan
pegelolaannya agar interaksi belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Artinya
lingkungan fisik dapat difungsikan sebagai sumber atau tempat belajar yang direncanakan
atau dimanfaatkan. Yang termasuk lingkungan fisik tersebut diantaranya adalah kelas,
laboratorium, tata ruang, situasi fisik yang ada di sekitar kelas, dan sebagainya.”
b. Lingkungan sosial
Muhammad Saroni (2006:83), menjelaskan bahwa : ”Dalam lingkungan sosial
berhubungan dengan pola interaksi antarpersonil yang ada di lingkungan sekolah secara
umum. Lingkungan sosial yang baik memungkinkan para siswa untuk berinteraksi secara
baik, siswa dengan siswa, guru dengan siswa, guru dengan guru, atau guru dengan
karyawan, dan siswa dengan karyawan, serta secara umum interaksi antar personil. Dan
kondisi pembelajaran yang kondusif hanya dapat dicapai jika interaksi sosial ini
3
berlangsung secara baik. Lingkungan sosial yang kondusif dalam hal ini, misalnya adanya
keakraban yang proporsional antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu dalam lingkungan sosial kelas hendaknya juga diciptakan sekondusif mungkin,
agar suasana kelas dapat digunakan sebagai ajang dialog mendalam dan berpikir kritis
yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip manusiawi, empati, demokratis serta religius.
Gambaran yang baik mengenai Psycho-social di dalam kelas, antara lain:
1. Perasaan aman dari ancaman dan perlakuan kasar.
2. Memiliki lingkungan interaksi yang bersahabat.
3. Siswa merasa senang menjadi bagian dari kelas.
4. Menunjukkan kebebasan berekspresi.
5. Menstimulasi anak dalam menciptakan lingkungan belajar.
6. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang bekerja sama.
Dalam hal ini tugas guru menurut Mulyasa (2006:210&218), adalah
”memberikan kemudahan belajar kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan
sumber belajar yang memadai, dan selain menyampaikan materi pembelajaran juga
menciptakan dan mengatur lingkungan belajar terutama di kelas, dan strategi
pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar.” Oleh karena itu peran guru harus bisa
membiasakan pengaturan peran serta/ tanggung jawab tiap siswa terhadap terciptanya
lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana lingkungan sosial kelas yang
menjadikan proses pembelajaran bagi tiap siswa menjadi bermakna.
3. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif dan Kaitannya Terhadap PAKEM
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan ataupun pendapat. Belajar memang merupakan suatu proses aktif
dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya. Peran aktif dari siswa sangat penting
dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilakan sesuatu
untuk kepenitngan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa
memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya
(time on task) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti
meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses
pembelajaran tidak efektif. Efektif dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran itu
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Jika
pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran
tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Dalam penelitian Walberg dan Greenberg (1997) dalam DePorter Bobbi, Reardon
Mark, Singer Sarah–Nuurie (2001:19-39), menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau
4
suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis. Di
mana suasana keadaan ruangan menunjukkan arena belajar yang dipengaruhi emosi.
Sedangkan Indra Djati Sidi (2003:4), menegaskan bahwa ”lingkungan PAKEM merupakan
lingkungan belajar yang dapat lebih menunjang pengembangan ketrampilan, pengetahuan
dan sikap yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.”
Adapun lingkungan belajar / kelas yang mendukung kreativitas menurut Kadarsih
dalam Cope (No. 02, tahun VI, Desember, 2002:17–18), adalah sebagai berikut :
(1) Memperkenalkan persamaan dan saling menghargai,
(2) Membuka kesempatan bagi anak untuk kontribusi ide-ide orisinil,
(3) Menganggap perbedaan pendapat sebagai sumber belajar,
(4) Mencari cara pendekatan dengan cara pemecahan masalah,
(5) Mendorong anak untuk memanfaatkan fantasi dan imajinasi,
(6) Mengembangkan kecakapan inkuiri, kecakapan bertanya, dan mencari jawaban sesuatu,
(7) Menciptakan masyarakat belajar yang mengembangkan rasa percaya diri.
Menurut Indra Djati Sidi (2005:148), ”lingkungan belajar sangat berperan dalam
menciptakan suasana belajar menyenangkan.” Lingkungan tersebut dapat meningkatkan
keaktifan belajar. Oleh karena itu lingkungan belajar perlu di tata semestinya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa lingkungan pembelajaran di kelas yang diciptakan baik
fisik maupun sosial dan proses dialogis antara lingkungan fisik dengan lingkungan sosial
berpengaruh terhadap pembelajaran di kelas dan tujuan pembelajaran yang dicapai.
Sehingga aktivitas dalam belajar dapat berkembang dan terlayani seperti tuntutan dalam
alam siswa.
Dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di kelas agar tujuan proses
belajar dan pembelajaran dapat tercapai, maka hal-hak yang perlu diperhatikan yaitu dengan
menata :
a). Lingkungan sekeliling kelas
Memahami kaitan antara pandangan sekeliling dan otak itu penting untuk
mengemas lingkungan sekeliling kalas yang mendukung belajar. Memanfaatkan
kemampuan siswa untuk secara tidak sadar dalam menyerap informasi melalui
kemitraan otak dan mata menurut DePorter Bobbi, Reardon Mark, & Singer Sarah –
Nurie (2001:68-69), dapat menggunakan :
(1) Poster ikon (simbol), simbol untuk setiap konsep utama yang guru ajarkan dan
digambarkan diatas selembar kertas berukuran 25 x 40 cm atau lebih. Poster ini
dipajang di depan kelas di atas pandangan mata siswa, memberikan gambaran
keseluruhan, tinjauan global dari bahan pelajaran.
(2) Poster afirmasi, poster yang di buat oleh guru atau siswa (lebih utama) yang
memuat pesan-pesan seperti “aku mampu mempelajarinya” dan aku menjadi
semakin pinter dengan setiap tantangan baru”. Poster-poster ini ditempelkan di
dinding sampai kelas setinggi mata orang duduk
5
(3) Gunakan warna, gunakan warna hijau, biru, ungu, dan merah untuk kata-kata
penting, jingga dan kuning untuk menggaris bawahi, serta hitam dan putih untuk
kata-kata penghubung seperti “dan”, “sebuah”, “dari” dan lain-lain.
b). Pajangan karya siswa
Menurut Conny Semiawan, dkk (1992:91), suatu kelas yang memiliki pajangan
atau pameran hasil karya para siswa yang di tempelkan di dinding atau di letakkan pada
rak, di atas meja, atau pada tempat-tempat lain dapat menjadi tempat yang menarik dan
memberikan rangsangan bagi para siswa untuk belajar. Suatu kelas yang kosong tanpa
pajangan dapat menjadi tempat yang membosankan, gersang dan tidak menggugah
inspirasi para siswa. Memamerkan pajangan di kelas adalah bagian dari belajar.
Pajangan yang baik mendorong para siswa untuk menggunakan mata mereka dan untuk
belajar dengan membaca dan memanfaatkan pajangan.
c). Pengelolaan Alat dan Sumber Belajar
Menurut DePorter Bobbi, Reardon Mark dan Singer Sarah Nuurie (2001:70),
“alat atau alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu gagasan.” Oleh Indra Djati
Sidi (2005:50), menegaskan bahwa “guru dan siswa dapat menggunakan berbagai
sumber dan alat-alat yang sederhana dalam proses pembelajarannya.” Oleh karena itu
atas dasar karakteristik KD yang ada maka guru dapat memberdayakan alat dan sumber
belajar yang ada selama ini disekolah.
Pada dasarnya alat dan sumber belajar tersebut dapat diperoleh dari sekitar kita
sehingga mudah di jangkau, baik yang berada dalam lingkungan sekolah maupun di luar
lingkungan sekolah. Beberapa contoh alat dan sumber belajar, yaitu :
1. manusia (anak, guru, orang tua, nara sumber),
2. lingkungan (batu-batuan, daun-daunan, biji-bijian, zat cair, hewan),
3. kejadian/peristiwa penting seperti peristiwa olah raga, kesenian,
4. peristiwa alam seperti bajir, gempa, gerhana, hujan, angin puting beliung,
5. barang-barang bekas seperti koran, botol-botol plastik, dan
6. barang-barang buatan pabrik
d). Pengaturan tempat duduk (pengelolaan siswa)
Cara guru dalam mengatur bangku memainkan peran penting dalam membangun
belajar. Menurut Indra Djati Sidi (2005:150), “dalam PAKEM pengelolaan kegiatan
siswa lebih bervariasi, termasuk kerja kelompok, kerja perorangan dan klasikal.” Oleh
karena itu penataan meja dan kursi, guru perlu memperhatikan bentuk dan jenis kursi
dalam kelas. Bahwa dalam pengaturan meja, kursi, alat peraga, dan peralatan lain
sedemikian rupa diusahakan sehingga tidak mengganggu siswa untuk bergerak dan
memudahkan guru untuk berinteraksi dan mengamati siswa belajar. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam menata kelas yaitu :
- Posisi Pengajar yang bisa dilihat oleh para pelajar dari sudut manapun.
6
- Posisi Media ajar yang sesuai, dan mudah di lihat oleh para pelajar.
- Penataan Meja dan kursi, serta pintu masuk kelas.
- Ukuran Meja dan kursi yang sesuai, sehingga kelas tidak sesak dan terasa penuh.
e). Sudut baca
Dalam kelas yang menggunakan PAKEM menurut Indra Djati Sidi (2005:44),
“perlu ada sudut baca dan agar pemanfaatan ruang kelas dapat semaksimal mungkin
sebagai tempat menimba ilmu.” Isi sudut baca diperoleh dari kumpulan hasil karya
siswa yang terpilih selama ini, koleksi referensi yang tidak ada diperpustakan dan
mendukung kegiatan pembelajaran dikelas, dan lain sebagainya. Dengan adanya sudut
baca dalam kelas maka para siswa pada waktu luang atau istirahat dapat menyempatkan
atau membiasakan membaca di sudut baca tersebut.
f). Tumbuhan, aroma, hewan peliharaan, dan unsur organik lainnya
Biologi dan botani mengajarkan pada kita bahwa tumbuh-tumbuhan
menyediakan oksigen dalam udara kita, berkembang karena oksigen. Semakin banyak
oksigen di dapatnya, semakin baik otak berfungsi. Hal ini dapat diperoleh dengan
menghadirkan tumbuhan di ruangan kelas. Oleh Hirsch (1993) dalam DePorter Bobbi,
Riardon Mark & Singer Sarah Nuurie (2001:72), menegaskan bahwa manusia dapat
meningkat kemampuan berpikir mereka secara kreatif sebanyak 30% saat diberikan
wangi bunga tertentu.
g). Musik
Musik berpengaruh pada guru dan siswa. Jika memungkinkan sebagai seorang
guru dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental
siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu para siswa belajar lebih
baik dan mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat
belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kebanyakan para siswa memang
mencintai musik. Musik dapat membantu siswa masuk ke keadaan belajar optimal.
h) Aturan dan Kedisiplinan
Faktor ini lebih kepada penciptaan suasana belajar yang teratur dan disiplin,
seperti :
 Waktu kegiatan belajar dan mengajar yang tepat, ciptakan suasana belajar yang
disiplin, seperti masuk kelas tepat waktu, sehingga pada saat proses belajar mengajar
berlangsung, sudah tercipta kondisi kelas yang tenang.
 Cara meminta izin ketika hendak keluar dari ruangan kelas, jangan sampai ketika
proses belajar berlangsung, banyak siswa yang keluar masuk seenaknya, hal ini
tentunya dapat menganggu konsentrasi belajar di ruangan kelas.
 Setiap pelajar mengetahui aturan dan tata cara pelaksanaan proses belajar di kelas.
i) Hubungan antar pelajar, dan hubungan antara pelajar dan pengajar
Hal ini merupakan faktor yang tidak bisa di kesampingkan, setelah ketiga faktor
sebelumnya terpenuhi, maka faktor yang berikut ini adalah sebagai kunci penentu,
7
karena suasana belajar yang efektif dan kondusif tidak bisa tercapai jika tidak ada
hubungan baik antar sesama pelajar, juga hubungan baik antara pelajar dan pengajar.
Oleh karena itu peranan ini sangat penting, ciptakan sebuah hubungan baik yang
menimbulkan rasa kekeluargaan, rasa persaudaraan dan rasa semangat dalam membina
hubungan baik di lingkungan belajar.
C. Peran dan Kegiatan Pendidik
Kurangnya sumber belajar di sekolah, baik yang berupa media cetak, visual, audio,
maupun audio visual, hendaknya tidak menjadi penghambat bagi pendidik dalam menerapkan
metode pemberian tugas. Para pendidik diharapkan proaktif menemukan, memilih, dan
menugaskan peerta didik memanfaatkan koleksi yang tersedia dan cocok, namun jika memang
tidak ada yang sesuai perlu diupayakan menggalinya dari potensi yang ada di masyarakat yang
dapat dimanfaatkan. Dengan kata lain, tidak lengkapnya koleksi pustaka yang dimiliki sekolah
seharusnya dipandang peluang dan tantangan bagi para pendidik untuk berkreasi secara aktif
memproduksi minimal bahan-bahan yang mereka butuhkan untuk pengembangan materi
pelajaran mereka masing-masing. Apa kegiatan yang dapat diupayakan oleh pendidik dalam hal
ini? Secara singkatnya, mereka mengembangkan materi dengan metode handout sebagai bahan
ajar dan kemudian dikembangkan atau disempurnakan menjadi sebuah buku untuk disimpan di
perpustakaan sebagai bahan pembelajaran. Disamping itu, kegiatan lain yang dapat dilakukan
pendidik yaitu dengan melibatkan peserta didik dalam pengembangan bahan ajar sambil diajar
belajar dari pemanfaatan lingkungan alam (learning by doing) yang berupa bahan limbah dan
non limbah. Kegiatan itu seperti :
1. Pengumpulan, pengeringan dan pengawetan tanaman, bagian dari tanaman, binatang atau
bagian dari binatang untuk keperluan pembelajaran Biologi.
2. Pembuatan model-model untuk keperluan pembelajaran fisika, kimia, teknik, dan lain-lain.
3. Pembuatan peta timbul, pengumpulan jenis batu-batuan dan sebagainya untuk pembelajaran
Geologi atau Geografi.
4. Pembuatan berbagai bentuk kit matematika.
5. Pengumulan benda-benda antik yang bernilai sejarah atau benda nyata lainnya yang terkait
dengan mata pelajaran tertentu.
Semua produk tersebut dapat disimpan di perpustakaan dan pusat sumber-sumber
belajar sebagai bahan dan alat yang dipakai oleh pendidik dan peserta didik di masa yang akan
datang.
Dalam proses belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru
mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk
membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan
salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala
fase dan proses perkembangan siswa.
8
Secara lebih terperinci tugas pendidik atau guru berpusat pada :
1. mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
2. memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai
3. membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian
diri siswa.
Saat ini kesempatan belajar semakin terbuka melalui berbagai sumber dan media.
Siswa-siswa masa kini dapat berlajar dari berbagai sumber dan media. Ia juga pun dapat
berlajar dalam berbagai kesempatan dan kegiatan luar sekolah. Guru hanya merupakan salah
satu di antara berbagai sumber dan media belajar. Maka dengan demikian peranan guru dalm
belajar menjadi lebih luas dan lebih mengarah pada peningkatan motivasi belajar siswa-siswa.
Melalui perannya sebagai pendidik, guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa
belajar dalam berbagai kesempatan melalu berbagai sumber dan media. Dari uraian tersebut,
jelas bahwa peranan guru telah meningkat dari sebagai pengajar menjadi sebagai direktur
pengarah belajar dimana guru senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara, dan
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
Peran Guru Dalam Proses Belajar-mengajar
Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang
dikemukakan oleh Adams & Decey dalam Basic Principles of Student Teaching. Dalam
pembahasan ini, beberapa hal peranan guru yang paling dominan antara lain :
a. Guru Sebagai Demonstrator
Melalui perannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkanya serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam ilmu yang dimilikinya
karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu yang perlu diperhatikan guru adalah bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini
berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya
dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkan.
Maksudnya, agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.
b. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan
sekolah yang perlu diorganisasi. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas
bergantung pada banyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi antara siswa di
dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana dalam kelas. Tujuan umum pengelolaan kelas
ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan
belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan
9
kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
c. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi
untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Guru tidak cukup hanya memiliki
pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih
dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang
berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik yang
berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
d. Guru Sebagai Evaluator
Kita ketahui bahwa setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktuwaktu
tertentu akan mengadakan evaluasi, artinya pada pada waktu-waktu tertentu selama
satu peride pendidikan selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai.
Demikian pula dalam satu kali proses balajar-mengajar hendaknya menjadi evaluator yang
baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Jadi, jelaslah
bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian karena dengan
penilaian, guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan
proses belajar mengajar.
e. Peran Guru Secara Pribadi
Dilihat dari segi dirinya sendiri (self oriented), seorang guru harus berperan
sebagai berikut :
1. Petugas sosial, yaitu seseorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat.
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan.
3. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidkan anaknya.
4. Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa.
5. Pencari kemanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru
menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di
dalamnya.
f. Peran Guru dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadiministrasian, seorang guru dapat
berperan sebagai berikut :
1. Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini
berarti guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan
serta nilainya.
2. Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu
masyarakat. Guru harus mencerminkan suasanan dan kemauan masyarakat dalam arti
yang baik.
10
3. Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggung jawab untuk mewariskan
kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan.
4. Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.
5. Pelaksana adminsitrasi pendidikan, disamping menjadi pengajar guru juga bertanggung
jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus mampu melaksanakan
kegiatan-kegaiatan administrasi.
6. Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru
berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk anggota
masyarakat yang dewasa.
7. Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk menyampaikan segala
perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khusunya masalah-masalah
pendidikan.
11
D. Kesimpulan dan Saran
K esimpulan :
1. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif perlu adanya kerjasama dan kesesuaian
antara kondisi lingkungan belajar dan peserta pembelajaran dalam hal ini siswa dan guru.
2. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, setiap guru harus dapat menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan, suasana interaksi belajar mengajar yang hidup,
mengembangkan alat peraga yang sesuai, memanfaatkan sumber belajar yang sesuai,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, dan lingkungan
belajar di kelas yang kondusif
3. Lingkungan belajar di kelas sebagai situasi buatan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran atau konteks terjadinya pengalaman belajar, dapat di klasifikasikan yang
menyangkut :
1) lingkungan (keadaan) fisik, dan
2) lingkungan sosial
4. Keterkaitan antara lingkungan pembelajaran yang diciptakan baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial terhadap pembelajaran yang menjadikan siswa aktif, kreatif,
belajar dengan efektif, dan belajar dengan suasana senang sehingga tujuan pembelajaran
tercapai.
5. Melalui perannya sebagai pendidik, guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk
senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalu berbagai sumber dan media.
S aran :
1. Perlu ditumbuhkan rasa sadar akan pentingnya lingkungan belajar yang efektif, sehingga
tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan baik.
2. Pihak penyelenggara pendidikan harus lebih mengerti arah dan tujuan pendidikan, dengan
mengetahui bagiamana cara menciptakan suasana lingkungan belajar yang efektif dan
kondusif. Dan sesegera mungkin mengaplikasikan pengetahuannya tersebut.
3. Maksimalkanlah lingkungan belajar untuk memaksimalkan konsentrasi belajar dengan
menciptakan sebuah lingkungan belajar yang efektif dan kondusif.
4. Tidak lengkapnya koleksi pustaka yang dimiliki sekolah seharusnya dipandang peluang dan
tantangan bagi para pendidik untuk berkreasi secara aktif memproduksi minimal bahanbahan
yang mereka butuhkan untuk pengembangan materi pelajaran mereka masingmasing.
DAFTAR PUSTAKA
12
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
http://inovasisukses.blogspot.com/Penataan_Lingkungan _Belajar_Dalam_Pakem. 26-09-2008
http://unikharynizar.multiply.com/journal/item/8. 27-09-2008
http://www.lpmpnad.com/getfile.php?mode=journal&file=admin_1107265920&type=doc. 26-
09-2008
http://eklipingguru.blogspot.com/2008/04/menciptakan_lingkungan_belajar_yang_kondusif.ht
ml. 27-09-2008
Zebua, Yanus. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Gunungsitoli: IKIP Gunungsitoli
Moh. Uzer Usman. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
13